Demi Surat Keterangan Tidak Mampu

Saya siapa? Saya hanyalah seorang manusia tidak berdaya diantara ribuan orang yang berdaya hebat dan kuat. Untuk membiayai kuliah saja susah. Adalah saya yang harus berjuang keras agar bisa terus bertahan hidup. Ayah sudah lama pergi ke haribaan Illahi meninggalkan seorang ibu rumah tangga, saya, dan dua adik saya. Kini saya mengenyam bangku perkuliahan yang itu artinya saya harus hijrah dari kampung kelahiran saya menuju ke kota lain bernama Banda Aceh. Di Banda Aceh semua harus dibayar dengan uang, rumah kos, makan, transportasi, dan biaya SPP. Apalah daya ibu yang seorang ibu rumah tangga, ayah hanya meninggalkan pensiunan RP400.000; perbulan, itu harus mencukupi kebutuhan kami sehari-hari, biaya sekolah adikku yang kelas 3 SMA dan biaya adikku yang kelas 1 SMP, juga biaya kuliahku. Cukup? Saya rasa kalian tau jawabannya.

Alhamdulillah untuk SPP dan segala macam keperluan awal saya di Banda Aceh ditanggung oleh paman saya. Ini sebuah rezeki yang luar biasa buat saya.
Namun, taukah apa yang terjadi berikutnya? Untuk semester dua ibu saya hanya punya uang Rp300.000; dan biaya spp saya saat itu Rp800.000;.Usaha paman saat itu mulai surut jadi tidak bisa membantu saya. Saya nangis sejadi-jadinya kepada Allah, betapa saya ingin melanjutkan pendidikan saya namun kelemahan ekonomi membatasi.
Apa yang bisa diharapkan dari Rp300.000;? Saat itu saya nyaris ikhlas untuk memutuskan kuliah saya dan kembali ke kampung halaman. Tuhan berkata lain. Entah bagaimana akhirnya paman dapat pinjaman uang dan diberikan kepada saya untuk membayar biaya kuliah. Terimakasih Paman. Alhamduliilah. Terimakasih Tuhan.
Kini, saya masih tetap bisa kuliah meski dengan penuh perjuangan.

***********************************************************************************************

Cerita diatas mengingatkan saya pada salah seorang sahabat. Saya kagum dan salut dengan beliau. Dialah salah satu alasan mengapa saya tidak tertarik untuk mendaftar berbagai beasiswa yang mensyaratkan “Surat Keterangan Tidak Mampu”. Seperti yang kita tau, bahwa begitu banyak beasiswa pendidikan yang ada di kampus, namun ada banyak juga syarat beasiswa yang mengharuskan kita melampirkan “Surat Keterangan Tidak Mampu” meski sebenarnya kita mampu.
Saya pernah ditanyai seorang teman seperti ini :

Teman : Nov, ga daftar beasiswa XXX?

Saya : oh, enggak,hehhe

Teman : kenapa?

Saya : ga kepengen aja. Gue lagi kaya.hahhaha

Teman : ah, ga mungkin ga kepengen, pasti ada sesuatu ya kan? *menyelidik

Akhirnya setelah ditanya bertubi-tubi saya jawab jujur juga, sebenarnya saya ga mau daftar karena salah satu sayarat beasiswanya harus ada “Surat Keterangan Tidak Mampu”. Meski saya bukan dari keluarga kaya raya tapi insyaAllah orang tua masih mampu. Saya hanya tidak ingin berbohong. Saya melihat bagaimana euforia teman-teman yang kalau musim beasiswa pada heboh ngurus-ngurus “Surat Keterangan Tidak Mampu” meski punya Blackberry, laptop pribadi, dan kendaraan pribadi, serta jajanan lebih dari Rp40.000; dalam sehari. Dan mirisnya lagi, ketika dia berhasil mendapatkan beasiswa, duit beasiswanya tidak sama sekali dipergunakan untuk hal-hal perkuliahan, minimal ganti BB baru. See? Menyakitkan bagi seorang yang untuk membiayai kuliah saja dia harus pontang panting jungkir balik, apalagi untuk punya BB, laptop, ataupun kendaraan. Masih banyak yang membutuhkan. Biarlah beasiswa itu berada di tangan yang berhak.

Dan kalian tau apa reaksi teman saya?
“ah, anak pejabat aja buat “Surat Keterangan Tidak Mampu” nov.”