Cerita Ayah dan Nenek
diobrak-abrik oleh
Nova Miladyarti
pada
11/08/2010 09:10:00 PM
Ayah saya terlahir dari sebuah keluarga besar. Sekitar empat belas orang adik – beradik, saya bilang sekitar, bisa jadi lebih atau kurang sebab ada beberapa yang meninggal waktu masih kecil. Saya tidak tau pasti. Harap maklum, kata nenek saya orang jaman itu nikahnya muda belia, nenek saya nikah sekitar umur 13 tahun, jadi ya wajar kalau anaknya juga lumayan banyak.
Banyaknya adik beradik di keluarga ayah berimbas pada banyaknya sepupu saya. Hampir 80 persen laki-laki, beruntung sebab saya hanya punya satu adik laki-laki dan tidak punya abang, jadi sepupu sayalah abang saya. Tapi, mereka juga gak baik-baik banget kok (hehhehe…gak ikhlas banget saya puji mereka :P)
Sejak lahir saya sudah hijrah ke Banda Aceh, jadi saya cuma numpang lahir aja di kampung :P, semua sepupu saya yang lain tinggal di kampung dengan keluarga masing-masing. Paman atau om atau tante pada kerja dikampung semua, jadi mereka bangun rumah juga disana. Hanya ayahku dan satu adiknya (oom saya) yang merantau.
Meskipun lahir dari orang tua yang tidak berpendidikan tinggi dan ekonomi pas-pasan, ayah dan semua saudaranya bisa dibilang sukses. Hampir semuanya mengenyam bangku kuliah, hanya dua orang yang tidak, pak wo (abang ayah yang paling tua) sekarang punya usaha dagang dan om (adik ayah yang juga merantau) sekarang jadi tentara. Yang lainnya jadi pegawai termasuk ayah.
Kata nenek, dulu beliau membiayai sekolah anak-anaknya dengan berjualan kue. Karena semenjak ayah SD kakek dipanggil sama yang Maha Kuasa, sementara adik ayahku masih kecil-kecil ada sekitar lima orang, dan semuanya nenek yang menanggung.
Nenek bukan orang berpendidikan tinggi tapi selalu punya harapan agar bisa menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Karena harapan nenek dan keinginan kuat ayah untuk sekolah akhirnya ayah merantau. Awalnya ayah pergi ke Meulaboh-Aceh Barat, kebetulan disana ada saudara jauh kami, ayah diizinkan tinggal disana dan bisa melanjutkan sekolah SMP nya. Selama di Meulaboh ayah bekerja mencari uang untuk biaya sekolah, selain itu dirumah saudara ayah juga membantu pekerjaan rumah, semua baju ayah yang cuci, juga pekerjaan rumah lainnya.
Setamat SMP entah bagaimana ayah hijrah ke Saree dan melanjutka SMA di sekolah kejuruan pertanian, selanjutnya ayah menyambung kuliah ke Universitas Sumatra Utara (USU) jurusan pertanian dan akhirnya bekerja sebagai pegawai di Dinas Pertanian. Semenjak merantau ayah tidak pernah dikirimi uang oleh nenek, boro-boro dikirim, untuk kehidupan sehari-hari saja nenek susah. Alhamdulillah ayah bisa bertahan.
Tidak hanya ayah, abang-abang dan adik-adik ayah yang lain juga tidak jauh berbeda dengan perjuangan hidup ayah. Mereka juga merantau untuk melanjutkan kuliah, tapi bedanya setelah itu mereka kembali ke kampung halaman sementara ayah tidak karena telah mendapatkan pekerjaan.
Cerita ayah mengingatkan saya pada perkataan Imam Syafii bahwa beliau menyuruh kita untuk merantau, lihatlah dunia luar, sehingga akan banyak kita temui orang-orang yang bisa dijadikan saudara.
Kesabaran nenek berbuah manis. Kini nenek bisa tersenyum karena semua putra putrinya berhasil. Nenek bisa bertahan seorang diri menghidupi ke-empet belas anak-anaknya. Meskipun nenek dulunya hanya penjual kue.
Kue kelapa buatan nenek sudah terkenal kelezatannya, sekarang diusia senjanya nenek acap kali masih membuat kue atas permintaan cucu-cucunya, saya misalnya. Kalau sekali-kali pulang ke kampung saya sering minta dibuatkan kue kelapa, nenek bahagia sekali karena saya mau makan kue zaman buatan nenek. Kata nenek dengan kue inilah ayahmu bisa melanjutkan sekolahnya.
Saya berharap, semoga saya bisa setegar nenek dan setekun ayah dalam meraih impiannya untuk bersekolah^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
21 komentar sahabat:
ah, cerita yang indah. seneng gue bacanya. salam buat keluarga besar ya. capek-capek dah lu. gheeheheh.
makanya, keluar dari aceh dan lihatlah dunia seperti saya... semakin jauh kita melangkah, semakin banyak yg kita lihat, dan kita semakin rendah hati.. :)
makanya, keluar dari aceh dan lihatlah dunia seperti saya... semakin jauh kita melangkah, semakin banyak yg kita lihat, dan kita semakin rendah hati.. :)
keren kak.....
sampe terharu bacanya :')
keren kak.......
sampe terharu :')
@ReBorn
hua...
ga janji ya mas reborn, hehhe...
@Meutia Halida Khairani
he eh kak mutia, rencana juga pingin kaya kakak, bisa merantau, hehhehe :)
@It'S My Life
makasih nisa...^^
jangan nangis disini ya, entar basah blognya, hehhehe
salut buat nenek dan ayahmu,
salam dariku ya...
@penghuni60
makasih...hehehhe...
Orang tua adalah terbaik, aku menghormati mereka nomor dua setelah Allah dan Nabinya.
Ayahku juga begitu sis, kekuatannya dan keteguhannya yg mengantarkan kami semua bisa menyelesaikan S1.
Aku ingat terus kata ayah dulu, "ayah tidak bisa mewarisi harta nak, ayah hanya bisa mewarisi ilmu untuk kalian berjuang hidup. Karena harta bisa habis, sedang ilmu tidak akan pernah habis, dan malah akan semakin bertambah".
Soal merantau itu benar sekali sis, sudah hampir 5 tahun aku dinegri orang, banyak pelajaran yg aku dapat, khususnya pelajaran hidup... Tetap Semangat!!!!
mantaf sis.......hehehe
salam sahabat
cerita yang bagus sob
lanjutkan!
@Nyayu Amibae
cerita mbak juga luar biasa.
ayah memang anugerah terindah yang Allah berikan untuk kita^^
@Tip Trik Blogger
makasih banyak
iya, entar saya lanjutkan, hehhe
@Imtikhan
terimaksih kunjungannya..
sudah saya follow kembali^^
@Nyayu Amibae
cerita mbak bagus^^
cerminan keharmnonisan keLuarga yang tidak meLuLu terfokus pada peniLaian sisi materiL, merupakan keLuarga mandiri yang mau bekerja keras untuk bisa bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan hidup keLuarga. saLut.
kisah yang bagus untuk disosiaLisasikan, sebagai media pengingat bagi kita semua agar bisa memiLiki kehidupan Lebih baik Lagi dan mampu untuk membangun keharmonisan keLuarga seutuhnya.
@ om rame : makasih om^^
wah...kayaknya sayang banget ya sama ayahnya,..
terharu juga bacanya, :')
jadi inget episode yang pernah kutonton di acara kick andy..ceritanya hampir sama..
saranku sih, cepet-cepet minta diajarin resep mujarab itu sama nenekya, kalo dah tau, bagi-bagi ya .. hihihi
@ Bestari : namanya juga anak, ya pasti sayang ma orangtuanya:)
Posting Komentar